Amelia Asmi,Siswi SMAN 6 Padang, Berprestasi di Tk Nasional

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh 10303503
Jumat, 28 Nopember 2008 10:09:55 Klik: 5620
Amelia Asmi,Siswi SMAN 6 Padang, Berprestasi di Tk Nasional
Klik untuk melihat foto lainnya...

Amel mulai menulis cerpen pada kelas 6 SD. Saat itu, ia suka sekali menulis puisi hingga ia dapat kesempatan bergabung dengan Sanggar Sastra Pelangi Yayasan Citra Budaya. Akan tetapi, ia sempat vakum sementara dan kembali bergabung ketika kelas 2 SMA, bersamaan dengan bergabungnya Amel sebagai reporter P’Mails. Begitu mengetahui dirinya sebagai salah satu Pemenang Lomba Menulis Cerpen Remaja 2008 yang diadakan oleh P.T Rohto. Cerpen Amel yang berjudul Kuncir Dua meraih Juara 2 pada lomba tersebut. Atas prestasi itu, Amel berhak menerima uang tunai sebesar Rp 4.000.000,00, piagam LIP ICE-SELSUN, dan Buku Kumpulan Karya Beberapa Pemenang LMCR 2008. Serta meraih satu unit televisi yang ditujukan untuk SMAN 6 Padang (sekolah Amel,-red). Begitu mengetahui dirinya sebagai Pemenang 2, Amel tak mampu berkata-kata. “Speechless. Nggak yakin. Ya, nggak yakin aja seorang Amel mampu ngalahin peserta lain yang ada di Indonesia,” jujur Amel. Akan tetapi, seorang “guru” meyakinkannya bahwa Amel pasti bisa. “Aku tidak yakin bisa. Tapi kata guruku, ‘Tak ada yang tidak mungkin. Ini karya aku yang paling hebat’,” kisah Amel. Amel mendapat kabar bahwa ia muncul sebagai pemenang dari seorang teman. Tapi ketika itu, Amel mengira itu hanya canda gurau temannya. “Aku malah sempat marah ke teman itu. Kalaupun menang aku pikir hanya 20 atau 50 terbaik. Tapi, rupanya juara 2,” ujar Amel bahagia dan terharu. Tak hanya Amel, guru dan teman-teman sekolahnya pun awalnya tidak percaya. Tapi, setelah melihat pengumuman di website P.T Rohto, maka berbangga hati lah para guru dan teman-teman Amel di SMAN 6 Padang. “Mereka bangga dan salut,” ucap Amel singkat. Cerpen Kuncir Dua merupakan pengalaman pribadi Amel. “Inspirasi tokoh utama cerpen ini berasal dari seorang teman yang selama 3 tahun musuhin Amel. Sedangkan “Kuncir Dua” itu karena dulu Amel rambutnya panjang. Jika ke sekolah, selalu dikuncir dua sama mama. Oleh ayah, rambut Amel nggak boleh dipotong, nggak boleh pendek,” cerita Amel, “ Pernah satu hari, ketika di sekolah, karet kuncir rambut Amel lepas. Amel nggak bisa masang sendiri. Akhirnya, Amel lari-lari pulang ke rumah sambil menangis. Itulah makanya judul cerpen ini Kuncir Dua.” Dalam proses menulis cerpen, “Kuncir Dua” dirampungkan Amel hanya dalam waktu 1,5 jam. Cerpen itu merupakan tugas mingguan Sanggar Sastra Pelangi. “Awalnya, cerpen itu cuma tugas, nggak ada niat untuk diikutkan lomba. Tapi, ketika ada lomba, guru di sanggar bilang cerpen itu bagus,” terang Amel. Saat pengiriman bsrkas cerpen pun, Amel masih pesimis untuk menang. Akan tetapi, dengan dorongan dari “guru” tadi, Amel tetap ikut lomba. Amel punya cerita seru perihal pengiriman cerpennya itu. “Waktu itu crowded banget. Heboh. Ketika ngirim waktunya sudah limit bareng teman-teman sanggar. Kami ngirimnya sore-sore dan buru-buru karena takut Kantor Pos keburu tutup. Hari itu juga semuanya kelengkapan lomba diurus mulai dari nulis resensi, cetak photo, sampai jilid. Pokoknya crowded,” kisah Amel dengan semangat. Semangat yang membuahkan hasil. Apa yang didapatkan Amel dari cerpen? “Menulis cerpen itu lebih dahsyat daripada ke Gunung Kidul,” jawab Amel. Ia melanjutkan, “Menulis cerpen itu menuangkan jiwa, perasaan, harap, khayal, keyakinan, dan sesuatu yang baru.” Sementara tentang sastra, Amel berkomentar, “Sastra itu sesuatu yang tidak mengikat, bebas, memikat, transparan, agung dan seksi karena sastra adalah seni.” Amel kemudian bermimpi. Mimpi yang akan ia wujudkan. “Aku ingin sepintar Einstein, sepuitis Khairil Gibran, sesempurna Ibuku, dan sesederhana Yusrizal KW.” Amel mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Ayah, CNS (sahabat-sahabat Amel,-red), teman-teman sanggar, dan yang terutama kepada guru besarnya yang ia sebut-sebut sebagai inspirasinya : Yusrizal KW.  

 
Berita Berita Populer Lainnya