Kualitas Buku Pelajaran Masih Rendah

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Selasa, 23 Desember 2008 04:33:27 Klik: 2237
Klik untuk melihat foto lainnya...

Kualitas buku teks pelajaran masih terbilang rendah. Buku pelajaran menyajikan materi yang terlalu padat dan penyajiannya kurang sesuai dengan pola pikir anak.

Hal itu terungkap dalam pemaparan hasil penelitian buku teks pelajaran sekolah dasar Kelas I dan V yang dilaksanakan oleh Institute of Education Reform (IER), Senin (22/12). Terdapat 17 buku pelajaran SD kelas I dan kelas V yang diteliti.

Direktur IER Utomo Dananjaya mengatakan, standar isi dan standar kompetensi lulus menjadi dasar penyusunan buku teks pelajaran. Semua buku pelajaran yang diteliti tersebut dibuka oleh daftar isi dengan substansi standar kompetensi kelulusan.

Setiap bab dimulai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran. Namun, pengembangannya menjadi buku teks pelajaran sangat bergantung kepada penalaran pengarang dalam menafsirkan kedalaman dan keluasan bahan pelajaran.

Pusat perhatian dari penelitian itu terutama menyangkut sisi bahasa dan kecenderungan metode. Mereka melihat, masih terdapat sejumlah kelemahan, seperti terlalu berlebihan dan tingginya materi bagi anak-anak, logika juga di luar jangkauan anak, dan terjadi kesalahan konsep.

Dalam sebuah buku sains untuk kelas V, misalnya, terlihat terlalu tingginya tingkat materi dan konsep. ”Dalam buku itu dibahas pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan sains dan kehidupan manusia. Ada kalimat, Peran bioteknologi untuk mencegah kepunahan jenis hewan dan tumbuhan.. Konsep yang disajikan terlalu tinggi dan sulit dipahami,” ujar Dananjaya.

Dalam buku pelajaran yang dikaji tersebut juga miskin bahasa penuturan, tidak mengundang rasa ingin tahu, tidak mengandung masalah yang harus dipecahkan, dan tidak merangsang munculnya pertanyaan kritis.

Materi yang terlalu padat itu menyebabkan guru akan menggunakan metode pengajaran ceramah agar semua materi tersampaikan dengan cepat meski tidak menimbulkan sikap kritis aktif. Hal itu membuat anak menjadi pasif.

Sumber: kompas.com/ (INE)
Edisi: Selasa, 23 Desember 2008

 
Berita Berita Terkini Lainnya