Menguak Fenomena Siswa Keluyuran di Kota Padang

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Sabtu, 22 Nopember 2008 05:26:30 Klik: 2265
Menguak Fenomena Siswa Keluyuran di Kota Padang
Klik untuk melihat foto lainnya...

Hari masih menunjukkan pukul 10.17 WIB, mestinya para pengecap pendidikan masih berada di bangku masing-masing, sembari menerima suguhan materi guru-guru mereka. Namun, mirisnya, di beberapa sudut kota, siswa berpakaian seragam sekolah malah asyik bersenda gurau, seolah tak peduli bagaimana nanti masa depan mereka, tanpa bekal pendidikan.

Kawasan Permindo, yang diibaratkan Malioboro-nya Padang masih tampak lengang. Sebagian kios masih tutup. Hanya beberapa kendaraan roda empat yang menempati lokasi parkir. Namun di penghujung kawasan Permindo tampak seorang siswa berpakaian putih abu-abu berbadan gempal, sibuk merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus rokok, sontak sorak sorai sekitar lima temannya membahana.

“Kenapa tidak dari tadi saja keluarkan rokoknya, kamu tidak tahu saya sedang suntuk,” celetuk salah seorang teman si gempal, yang tanpa basa-basi mengambil sepuntung rokok. Tak berapa lama, siswa-siswa ini terlibat percakapan cukup alot. Mulai dari cewek-cewek incaran, hingga suasana sekolah. “Kenapa harus sekolah, toh kita akan tetap seperti ini sampai nanti,” celetok si gempal, diikuti anggukan teman-temannya. “Lebih baik cari kesenangan bersama kalian,” tambahnya sambil menepuk pundak salah seorang teman.

Dengan perlahan, koran ini mencoba bercengkrama dengan mereka. Tak tanggung-tanggung luapan curahan hati pun keluar dari mulut beberapa diantaranya. Seperti si gempal tadi, yang ternyata bernama Rudi, dan masih terdaftar sebagai siswa kelas dua pada salah satu sekolah swasta. “Di sekolah itu membosankan. Belajar rutin membuat kepala pusing. Belum lagi, di rumah membuat saya tak betah,” ungkapnya, sesekali mulutnya yang mulai menghitam mengepulkan asap rokok berbentuk bundaran-bundaran yang kemudian hilang di udara.

Tak jauh berbeda dengan Hilman, yang mengaku sering bolos sejak masuk SMA. Menurutnya, budaya bolos itu terjadi karena dirinya ingin mencari suasana baru, apalagi saat baru masuk SMA itu, Hilman baru saja putus dengan pacarnya, sehingga konsentrasinya untuk belajar tidak ada. “Lama kelamaan, saya jadi terbiasa bolos. Makanya, orangtua saya sudah langganan dipanggil guru,” selorohnya.

Beranjak ke kawasan Pantai Padang, tampak pula segerombolan siswi berpakaian seragam, yang sedang asyik berteriak menghadap laut. Ketika ditanya alasan mereka berada di Taplau, dengan malu-malu salah seorang yang bernama Indah buka suara. “Guru kami rapat, makanya bisa pulang cepat. Lagipula, kami belum pernah pulang cepat, sekali-sekali jalan-jalan kan tidak ada-apa,” ucap Indah, yang sempat meneriakkan “Aku ingin bebas,” ke arah laut, entah apa maksudnya.

Sama halnya dengan di salah satu mall terbesar di Kota Padang. Di sini, ditemui beberapa siswa sekolah yang asyik memilih-milih barang pada salah satu etalase. Namun mereka tidak lagi memakai baju seragam, melainkan baju kaos oblong, sementara celananya tetap celana sekolah. “Bedak saya habis kak, kalau pulang sekolah dibeli ya tidak sempat karena harus pulang cepat, takut papa marah,” ungkap Ayu, yang mengaku baru beberapa kali bolos sekolah.

Sangat kontras dengan beberapa siswa berikut, yang mengaku lebih kerasan duduk di bangku lokal masing-masing sambil mendengar keterangan guru. “Apalagi kalau  waktu pelajaran fisika masuk, saya sangat antusias,” ujar Rudi, salah seorang siswa SMA favorit di Kota Padang, ditemui usai jam pelajaran.

Tak jauh berbeda dengan Ando, salah satu siswa SMA 1 Padang yang sempat mendapat kesempatan menjadi paskibraka nasional 17 Agustus lalu. Dia selalu berupaya berada di sekolah ketika jam pelajaran. Kalau pun jam pelajaran usai, Ando lebih memilih berolahraga bersama teman-temannya. “Itung-itung jaga kesehatan,” guraunya.

Sama halnya dengan Fikhrul, siswa yang mendapat pengakuan menjadi siswa yang cerdas di sekolah dari gurunya. Bahkan saat ini Fikhrul sedang mengikuti diklat untuk mengikuti lomba computer tingkat nasional bahkan internasional. “Di sekolah dia anak yang rajin dan bisa memanfaatkan waktu dengan kegiatan bermanfaat, sehingga mengantarkannya kepada prestasi membanggakan,” pungkas Zul Emri, guru Bimbingan Konseling tempat Fikhrul sekolah.(rahmi amalia)

Sumber : Padang Ekspres edisi Jumat / 21 November 2008

 
Berita Berita Populer Lainnya