Siswa Apresiasi Pesantren Ramadhan

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Minggu, 21 September 2008 10:08:14 Klik: 1594
Siswa Apresiasi Pesantren Ramadhan
Klik untuk melihat foto lainnya...

Kita tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan kegembiraan. Pelaksanan pendidikan agama di bulan Ramadhan sebagai ekstra kurikuler untuk berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA yang sudah ada sejak beberapa tahun terakhir kian semarak. Kegiatan yang berlangsung di masjid dan mushalla hampir di seantaro Sumbar ini sudah ada sejak 1970-an.

Bahkan di luar Ramadhan, dulunya ada yang disebut kegiatan wirid remaja. Namun untuk kondisi kekinian, kegiatan remaja di bulan Ramadhan ini mulai menggeliat lagi sejak 2 atau 3 tahun terakhir. Secara kasat mata, pihak yang paling serius memotivasi dan memberi apresiasi terhadap kegiatan  ramadhan luar sekolah adalah pemerintah kota. Ini dapat dilihat di Kota Padang. Paling tidak media lebih banyak mengekspos Padang.

Sama seperti tahun sebelumnya, Pemko Padang tetap memberikan dana Rp1 juta untuk tiap masjid dan mushala yang menjadi tempat pelaksanaan pesantren ramadhan. Jumlah sebesar itu diperuntukkan bagi masjid yang menampung sekitar 60 sampai 100 siswa.

Pada tahun ini tidak tanggung-tanggung Pemko Padang menganggarkan dana sekitar Rp2,025 miliar untuk pelaksanaan pesantren Ramadhan. Dari data tahun sebelumnya jumlah masjid pelaksana pesantren Ramadhan berjumlah 545 buah, sedangkan mushala berjumlah 456 buah.

Kita tentu tidak ingin, kemauan kuat yang diiringi dengan alokasi anggaran lebih besar ini tidak maksimal dan menjadi sia-sia. Untuk itu, Sumatera Barat Intelektual Society meneliti secara sederhana pelaksanan pesantren ramadhan diKota Padang.  Tujuannya, melihat pandangan pelajar mengenai acara pesantren ramadhan. Penelitian ini ditujukan kepada 100 orang responden dengan pengambilan sampel secara berkelompok. Berikut hasil temuannya.  

Dari hasil poling aspek afektif/perubahan prilaku harus tetap menjadi perhatian karena poling baru menunjukkan 75 % responden yang merasakan ada perubahan prilaku kearah yang lebih baik sesudah mengikuti persantren ramadhan. Sementara 23 % tidak merasakan ada perubahan prilaku dan 2 % lainya tidak menjawab.

Kemudian 74 % responden merasakan bahwa mereka merasa terbina oleh acara ini. Di luar itu, 24 persen lagi merasi tidak terbina dan 2 % lainnya tidak menjawab. Bahkan ditemukan 19 % responden yang merasa terpaksa mengikuti pesantren. Hanya 79 % lagi dari responden merasa tidak terpaksa dan 2 % lainnya tidak menjawab. Terakhir 67 % dari responden berharap tahun depan acara ini masih dilaksanakan tapi juga ditemui 27 % responden menolaknya dan 6 % lagi tidak memberikan jawaban. 

Pendangan siswa ini memang masih memperlihatkan plus-minus pelaksanaan pesantren ramadhan ini, tapi lebih dominan ada apresiasi besar yang mereka berikan terhadap keikutsertaan mereka dalam model pembinaan khusus yang dilakukan bulan ramdhan ini.

Sungguh pun demikian evaluasi pelaksanaan secara terus menerus harus tetap dilakukan. Pesantren ramadhan harus benar-benar menyentuh tiga aspek penting pendidikan diantaranya kongnitif, afektif dan psikomotorik. Pelaksanaan yang monoton tanpa dinamika kelas akan menyebabkan aspek afektif dan psikomotor sulit tercapai. (widia ningsih/litbang SIS)

Sumber : Padang Ekspres edisi Minggu / 21 September 2008

 
Berita Berita Terkini Lainnya