66 Guru sekolah umum dan 33 guru sekolah luar biasa di 33 provinsi di Indonesia bertemu Menlu Hassan Wirajuda. Hassan pun menitikkan air mata haru saat mendengarkan kisah para pengajar di pelosok-pelosok Tanah Air.
Dalam dialog di Gedung Pancasila Departemen Luar Negeri, Jl Pejambon, Jakarta, Rabu (13/8/2008), para guru ini menyampaikan uneg-unegnya. Ada yang minta laptop agar melek teknologi.
Ada juga guru asal Papua yang biasa mengajar di pegunungan tiba-tiba dipindahkan harus mengajar di pantai. Ia sangat bahagia ketika akhirnya dipindahkan kembali ke pegunungan.
"Kalau di Papua itu guru dianggap orang terpintar. Kami disebut imam, pendeta, kepala suku dan kepala adat," ujar Martaleas Omo, seorang guru dari Papua.
Menlu pun tampak antusias, ia bahkan mengorbankan acaranya yang lain. Hasan berjanji akan membantu para guru ini.
"Kita sedang mengusahakan pembangunan sekolah di desa-desa. Kemarin ada bantuan dari Australia membantu membangun 2.000 sekolah di Indonesia, yang salah satunya baru kita resmikan di Makassar," jelas Hasan.
Herawati Wirajuda, istri Menlu, sempat menyanyikan lagu Pantang Mundur yang diubah liriknya. "Guru pergi ke medan tugas, bapak ibu guru pahlawan bangsa, bekerja penuh semangat," lantunnya.
Lagu ini membuat suasana haru, hampir seluruh guru meneteskan air matanya. Menlu pun tampak menitikkan air mata. Ia menceritakan kisahnya saat bersekolah dulu yang harus pulang pergi 10 km dengan sepeda.
"Kalau musim hujan, bukan saya yang naik sepeda tetapi sepeda yang naik saya," kenangnya haru.
Sumber : Detik.com, edisi Rabu / 13 Agustus 2008 |
