Buka Jejaring Tebar Komunitas

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Sabtu, 02 Agustus 2008 06:15:38 Klik: 1320
Buka Jejaring Tebar Komunitas
Klik untuk melihat foto lainnya...

JAKARTA-Era web 2.0 kini memang naik daun. Siapa pengguna internet yang tak kenal situs Myspace, Youtube, atau Facebook? Nama-nama situs ini begitu akrab di benak para netters. Bagaimana tidak, di tengah belantara internet, situs-situs tersebut menawarkan sesuatu yang berbeda. Selain tampilan multimedia--ada teks, gambar, video dan situs-situs yang juga interaktif dengan para pengunjungnya. Sekarang ini, situs berbasis web 2.0 lebih dinamis dibanding situs-situs generasi sebelumnya.
Di Indonesia, pengembangan situs berbasis web 2.0 saat ini memang menjadi perhatian banyak pihak. Di samping bisa menampilkan wajah situs yang menarik, basis web 2.0 diharapkan mampu menjaring para pengunjung situs untuk bergabung menjadi anggota komunitas di situs tersebut. Bila pengunjung sudah bergabung, isi situs bisa makin bervariasi dan berwarna, sebab konsep pengguna sebagai pembuat content (user generated content) bisa berjalan di platform web 2.0.
Tapi masalahnya, menggaet pengunjung untuk bergabung dan loyal dalam satu situs bukan perkara gampang. Meski sudah berbasis web 2.0 tidak serta-merta sebuah situs otomatis banjir pengunjung. Banyak faktor yang cukup menentukan, misalnya content yang disajikan harus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Informasinya harus bersifat interaktif, sehingga sajian tersebut harus memungkinkan para pengunjung bisa saling berbagi informasi (sharing information). Bila ini dilakukan, satu langkah kecil membangun situs yang dibutuhkan pengunjung sudah terlampaui.
Masalahnya, untuk mengerti apa yang dibutuhkan pengunjung internet juga tidak mudah. Terutama bagi para pengelola situs berbasis web 2.0 baru yang baru mulai dan belum punya pengunjung loyal sebelumnya. Bagi situs-situs seperti ini, tentu perlu usaha lebih keras agar situs interaktifnya mampu menarik minat pengunjung. Kalau tidak tepat membidik sasaran, bisa-bisa situs web 2.0 yang dibangun dengan investasi relatif mahal itu gulung tikar karena target pengunjung tidak tepat sasaran.

Kisah Kaskus
Untuk membangun pengunjung yang loyal, dapat diambil pelajaran dari situs Kaskus (www.kaskus.us). Situs ini adalah forum komunitas terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota ratusan ribu orang dan jumlah pengunjung (visits) mencapai jutaan setiap bulannya (sumber: Google analytic). Dari catatan situs www.alexa.com per 7 Juli 2008, page rank Kaskus nomor 339 dunia atau menjadi situs komunitas terbaik dan terbesar di Indonesia. Bila ditilik lebih dalam di situs pencatat situs tersebut, Kaskus masuk dalam Top 100 situs terbaik di Indonesia dan berada di peringkat 10 besar bersama brand situs dunia seperti Google, Yahoo, Friendster, dan Blogger.
Keberhasilan Kaskus–berasal dari kata Kasak Kusuk--masuk dalam situs populer di Indonesia bukan datang dari kebetulan. Sejak didirikan 6 November 2000 lalu oleh tiga pemuda Indonesia yang sedang belajar di Seattle Amerika, Kaskus selalu berinovasi mengikuti perkembangan yang ada. Bila awalnya hanya forum yang sekadar membahas tentang hobi, kini Kaskus telah menjelma menjadi berbagai bahasan beragam dan telah mencapai lebih dari 40 kategori. Selain hobi, gaya hidup, curhat dan jual beli juga ada topik yang relatif lebih “berat” bahasannya seperti kesehatan, pendidikan, dan English Forum hingga Kaskus Radio.

Beriklan di Web 2.0
Kemunculan platform web 2.0 membuat situs internet makin menjanjikan bagi pengiklan. Seperti dikatakan Tom O’Reilly, salah satu pejuang kebebasan internet dan pendiri O’Reilly Media “Web 2.o is the business revolution in the computer industry caused by the move to the internet as platform, and an attempt to understand the rules for success on that new platform” . Dengan asumsi ini, web 2.0 telah mengubah strutur bisnis dunia.
Tak mengherankan pula bila kemudian perusahaan yang berjaya di internet seperti Google dan Yahoo begitu banyak memiliki mitra bisnis yang beriklan di situs mereka. Selain pengguna loyal yang jumlahnya jutaan dan sangat prospektif bagi para pengiklan, sifat dinamis situs web 2.0 memungkinkan kemasan iklan bisa dibuat amat menarik dan bisa diarahkan sesuai dengan target pemasaran yang dipatok sebelumnya.
Dengan modal pengunjung loyal dan sajian interaktif, beriklan di sebuah media seperti situs web 2.0 akan lebih efektif. Tinggal bagaimana pengelola situs bisa cermat memahami kemauan pengunjung atau anggota komunitasnya. Kalau mereka berhasil memahami, boleh jadi pengiklan pun akan mengalir deras.

Sumber : Sinar Harapan edisi 23 Juli 2008, ditulis oleh Herwan Kwok (Direktur SemutApi Colony.

 
Berita Berita Populer Lainnya