PSB Online Masih Alami Masalah, Dari Sistem Jaringan Hingga Tak Paham

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Kamis, 03 Juli 2008 06:02:40 Klik: 1445

Kendati Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Padang telah mempersiapkan PSB online semaksimal mungkin, tapi berbagai permasalahan teknis dalam pelaksanaannya masih saja terjadi. Di antaranya, tidak connect-nya data ke sistem jaringan internet Dinas Pendidikan, kehabisan formulir pendaftaran pada beberapa sekolah, penumpukan siswa yang mendaftar pada sekolah-sekolah tertentu, hingga masih banyaknya orangtua dan siswa yang tidak paham atas sistem PSB online dan segala aturannya.

Pantauan Padang Ekspres di Gemini Warnet, di Jalan Adinegoro No 41 Tabing, salah satu warnet yang ditunjuk Disdik Kota Padang sebagai tempat pendaftaran PSB online, tidak terlihat aktivitas yang mencolok. Novi (27), panitia yang bertugas menerima pendaftaran di sana mengatakan, banyak orangtua yang masih ragu untuk mendaftar ke warnet.

“Sebenarnya pagi tadi sudah cukup banyak orangtua yang mendaftarkan anaknya ke sini. Tetapi sebagian mereka ke warnet hanya untuk mencari informasi saja. Kendati sudah ada yang mendaftar lewat warnet, tapi masih melakukan pendaftaran lagi ke SMP yang dituju. Bahkan ada yang mau melakukan pendaftaran pada tiga sekolah yang dipilih anaknya,” terang Novi.

Dan ternyata benar adanya. Musmar, wanita paruh baya yang baru saja melakukan pendaftaran untuk anaknya mengatakan, akan kembali mendaftarkan anaknya ke SMP 13 Padang. Padahal ia telah mendapatkan print out tanda bukti pendaftran siswa baru.

“Saya benar-benar tidak mengerti dengan PSB online ini. Dia (anaknya) ingin sekolah di SMPN 13, jadi saya coba lagi ke sana,” ucapnya. Selain itu, entri data ke internet juga ter-pending dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 09.30 WIB, akibat ekses pemadaman listrik secara bergilir.

Di samping itu, penumpukkan siswa pada sekolah-sekolah tertentu juga terjadi. Berdasarkan pengamatan di beberapa sekolah tingkat SMP, seperti SMPN 1, SMPN 8,  SMPN 7 siswa dan orangtua bahondoh pondoh (berduyun-duyun) melakukan pendaftaran.

Meskipun harus berdesak-desakkan serta menunggu dengan keringat yang bercucuran, mereka kelihatannya masih antusias. Tidak jelas apa yang dipikirkan saat itu, kesal, harap, capek, sepertinya campur aduk dalam wajah mereka.

Beberapa orangtua yang sempat diwawancarai saat mendaftarkan anaknya ke SMPN 1 Padang, juga mengatakan tidak begitu paham dengan PSB online. Seperti penuturan Mavi (49), walaupun ia tahu ada pendaftaran lewat internet, tetapi tetap membawa anaknya mendaftar langsung. “Saya tidak mengerti internet, jadi nanti takut salah-salah memasukkan data,” katanya.

Berbeda dengan Mavi, Yanurdi (47), warga Jalan Perak yang juga mendaftarkan anaknya langsung ke SMPN I Padang menyebutkan telah mengetahui aturan dan mekanisme PSB online. Tetapi ia tetap langsung datang ke SMPN 1 Padang, agar pendaftaran lebih puas.

Sedangkan Jon (42), yang mendaftarkan anaknya di SMPN 25, mempunyai pemahaman yang keliru atas pilihan sekolah pada form pendaftaran. Menurutnya, pilihan pertama harus pada sekolah yang menjadi rayon daerahnya, sisanya baru bebas rayon. Padahal, dari aturan PSB online, siswa memang harus memilih minimal satu sekolah pada rayonnya berada, tetapi tidak mesti menjadi pilihan pertama.

Untuk tingkat SMA, pendaftaran masih berada pada kondisi normal. Pendaftaran kebanyakan dilakukan siswa sendiri, tanpa ditemani oleh orangtua. Seperti di SMAN 10 Padang, tidak terlihat desak-desakkan sebagaimana pada pendaftaran di SMP.

Sekolah Kehabisan Formulir

Sementara pada hari pertama, pendaftaran PSB online, beberapa sekolah sudah kehabisan formulir, diantaranya, SMP 7, SMP 27, SMP 8 dan SMA 11, serta lainnya. Menurut Ketua Pelaksanan PSB online Kota Padang, Winardi, kehabisan formulir itu akibat sekolah yang tidak disiplin dalam membagikannya.

Padahal, lanjut Winardi, kita telah memberikan formulir melebihi jumlah yang habis terpakai pada PSB online tahun lalu. “Ini kan aneh, masak formulir yang sudah dijatahkan satu selama enam hari bisa habis dalam satu hari. Jadi saya berharap kepada panitia di sekolah agar lebih hati-hati dalam membagikan formulir.

Jangan seperti menyebarkan brosur saja,” ucapnya. Tetapi ia tetap berjanji akan memberikan tambahan formulir pada sekolah tersebut. Di samping itu, Winardi juga berharap agar PLN tidak mematikan listrik siang hari selama pelaksanaan PSB online. Dampaknya sangat besar pada PSB online, sebab kebanyakan prosesnya melibatkan komputer, jaringan, server, internet yang kesemuanya itu membutuhkan listrik. “Kalau PLN tidak bisa, ya kita berharap agar masyarakat sabar,” pungkas Winardi. (romelias akbar)

Sumber : Padang Ekspres,  Kamis, 03 Juli 2008

 
Berita Berita Terkini Lainnya